SEJARAH FILSAFAT
Sejarah perkembangan
filsafat berkembang atas dasar pemikiran kefilsafatan yang telah dibangun sejak
abad ke-6 SM. Ada dua orang filsuf yang corak pemikirannya boleh dikatakan
mewarnai diskusidiskusi filsafat sepanjang sejarah perkembangannya, yaitu
Herakleitos (535-475 SM) dan Parmenides(540-475SM).
Pembagian
secara periodisasi filsafat barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan,
zaman modern, dan masa kini. Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap
pemikiran filsafat adalah Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme,
Fenomenologi, Pragmatisme, dan NeoKantianianisme dan Neo-tomisme. Pembagian
secara periodisasi Filsafat Cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman
Neo-Konfusionisme, dan. zaman modern. Tema yang pokok di filsafat Cina adalah
masalah perikemanusiaan. Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah
periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Adapun pada Filsafat
Islam hanya ada dua periode, yaitu periode Muta-kallimin dan periode filsafat
Islam. Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di sini pembahasan mengacu
ke pemikiran filsafat di Barat.
Periode
filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban manusia karena pada
waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang
lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat
mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan
pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang
sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena
alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam
yang terjadi secara kausalitas.
Perubahan
pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana
karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan
dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam
menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian
dan pengkajian. Dari proses ini kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat,
yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode
perkembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru umat
manusia.
Jadi,
perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara
mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami
sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian atau
klasifikasi secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu
dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoretis
senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu
dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer.
1.
ZAMAN
PRA YUNANI KUNO
Pada masa
ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu, zaman
pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara empat juta tahun
sampai 20.000 tahun. Antara abad ke-15 sampai 6-SM, manusia telah menemukan
besi, tembaga, dan perak untuk berbagai peralatan. Abad kelima belas Sebelum
Masehi peralatan besi dipergunakan pertama kali di Irak, tidak di Eropa atau
Tiongkok.
Pada abad
ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat. Timbulnya filsafat di tempat itu
disebut suatu peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa faktor yang
sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani.
Pada bangsa
Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi
yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang
mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk mengerti.
Mite-mite sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia:
dari mana dunia kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit,
lalu terbenam lagi? Melalui mite-mite, manusia mencari keterangan tentang asal
usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya.
Mite jenis pertama yang mencari keterangan tentang asal usul alam semesta
sendiri biasanya disebut mite kosmogonis, sedangkan mite jenis kedua yang
mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian dalam alam semesta
disebut mite kosmologis. Khusus pada bangsa Yunani ialah mereka mengadakan
beberapa usaha untuk menyusun mite-mite yang diceritakan oleh rakyat menjadi
suatu keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat
rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari suatu keseluruhan yang
sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan mite-mite
satu sama lain dan menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocokkan dengan mite
lain.
Kedua karya
puisi Homeros yang masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai kedudukan
istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut lama
sekali digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Pada
dialog yang bernama Foliteia, Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh
Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi
waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai edukatif.
Pengaruh
Ilmu Pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno. Orang Yunani
tentu berutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam menerima beberapa unsur
ilmu pengetahuan dari mereka. Demikianlah ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian
berasal dari Mesir dan Babylonia pasti ada pengaruhnya dalam perkembangan ilmu
astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa-bangsa lain dalam
perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan. Orang Yunani
telah mengolah unsur-unsur tadi atas cara yang tidak pernah disangka-sangka
oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa Yunani ilmu pengetahuan
mendapat corak yang sungguh-sungguh ilmiah.
Pada abad
ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali
berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari berbagai jawaban rasional tentang
problem yang diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti
mythos. Dengan demikian filsafat dilahirkan.
Pada zaman
Pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan berdasarkan know how yang
dilandasi pengalaman empiris. Di samping itu, kemampuan berhitung ditempuh
dengan cara one-to one correspondency atau mapping process. Contoh cara
menghitung hewan yang akan masuk dan ke luar kandang dengan kerikil. Namun pada
masa ini manusia sudah mulai memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu
proses alam.
2.
ZAMAN
YUNANI KUNO
Zaman
Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini
orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani
pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani
pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga
tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap
menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu
sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah
yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah
menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa.
Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales (625-545 SM), Phytagoras
(580-500 SM), Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), hingga Aristoteles
(384-322 SM).
Zaman
Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal
dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche)
yang dianggap asal dari segala sesuatu. Menurut Thales arche itu air,
Anaximandros berpendapat arche itu “yang tak terbatas” (to apeiron). Anaximenes
arche itu udara, Pythagoras arche itu bilangan, Heraklitos arche itu api, ia
juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei).
Parmenedes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.
3.
ZAMAN
KEEMASAN FILSAFAT YUNANI
Pada
waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat dapat
berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato (rethorika)
dinamakan kaum sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum muda.
Yang menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia, sebagaimana
yang dikatakan oleh Prothagoras, Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya.
Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang
baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh
semua orang. Akibat ucapannya tersebut Socrates dihukum mati.
Hasil
pemikiran Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dalam filsafatnya
Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka
bagi pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang
pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide.
Pendapat
tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah
manusia-manusia yang konkret. “Ide manusia” tidak terdapat dalam kenyataan.
Aristoteles adalah filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu
pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam
ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana
seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi,
yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan metafisis.
Abstraksi
yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual untuk
mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek
menangkap unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsur kualitatif disebut
abstraksi matematis. Abstraksi di mana seseorang menangkap unsur-unsur yang
hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis.
Teori
Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk. Keduanya ini
merupakan prinsip-prinsip metafisis, Materi adal.ah prinsip yaug tidak
ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori ini terkenal
dengan sebutan Hylemorfisyme.
4.
MASA
HELINITIS DAN ROMAWI
Pada
zaman Alexander Agung (359-323 SM) sebagai kaisar Romawi dari Macedonia dengan
kekuatan militer yang besar menguasai Yunani, Mesir, Hingga Syria. Pada masa itu
berkembang sebuah kebudayaan trans nasional yang disebut kebudayaan
Hellinistis, karena kekuasaan Romawi dengan ekspansi yang luas membawa
kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi
mencakup juga seluruh wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung. Bidang
filsafat, di Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang
pula pusat-pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Jika akhirnya
ekspansi Romawi meluas sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan
kebudayaan dan filsafat Yunani, karena kekaisaran Romawi pun pintu di buka
lebar untuk menerima warisan kultural Yunani.
Dalam
bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf yang
sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran
berikut:
1)
Sinisme. Menurut
paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut Logos. Oleh
karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat
dihindari. Aliran Sinisme merupakan pengembangan dari aliran Stoik.
2)
Stoik. Menyatakan
penyangkalannya adanya “Ruh” dan “Materi” aliran ini disebut juga dengan
Monoisme dan menolak pandangan Aristoteles dengan Dualismenya.
3)
Epikurime.
Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan
bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada
dewa-dewa. Setiap tindakan harus dipikirkan akan akibatnya. Aliran ini
merupakan pengembangan dari teori atom Democritus sebagai obat mujarab untuk
menghilangkan rasa takut pada takhayul.
4)
Neo Platonisme.
Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus.
Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu
berasal dari yang satu dan ingin kembali kepadanya.
5.
ZAMAN
ABAD PERTENGAHAN
Abad
Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas
ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada
masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui
bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi pada masa ini.
Periode
Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya.
Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen
yang diajarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan
besar terhadap kepercayaan keagamaan.
Pada
zaman ini kebesaran kerajaan Romawi runtuh, begitu pula dengan peradaban yang
didasakan oleh logika ditutup oleh gereja dan digantikan dengan logika
keagamaan. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa
wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan
pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh
kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu. Pada zaman itu akademia
Plato di Athena ditutup meskipun ajaran-ajaran Aristoteles tetap dapat dikenal.
Para filosof nyaris begitu saja menyatakan bahwa Agama Kristen adalah benar.
Mengenai
sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua: Golongan yang menolak sama sekali
pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir,
karena tidak mengakui wahyu. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa
karena manusia itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula
kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai
kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu.
Filsafat
pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode, yaitu: Periode Patristik,
berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah ahli-ahli
agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Periode ini mengalami dua
tahap:
1)
Permulaan agama
Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat
Yunani, maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam
menetapkan dogma-dogma.
2)
Filsafat Agustinus
yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik.
Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. Periode Skolastik,
berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi tiga tahap:
a)
Periode skolastik
awal (abad ke-9-12), ditandai oleh pembentukan rnetode-metode yang lahir karena
hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah
persoalan tentang Universalia.
b)
Periode puncak
perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi
oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi. Puncak perkembangan
pada Thomas Aquinas.
c)
Periode skolastik
akhir (abad ke-14-15), ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang
ke arah nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak
memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu
hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran
yang objekti.
6.
ZAMAN
RENAISSANCE
Zaman
Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari
dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad
Pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman
ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai
kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi.
Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada Zaman Renaissance.
Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi.
Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler,
Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para filsuf tersebut yaitu Roger
Bacon, Copernicus, Johannes Keppler (awal 1600-an), dan Galileo Galilei.
7.
ZAMAN
MODERN
Zaman
modern ditandai dengan berbagai penentuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan
ilmu pengeahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak Zaman
Renaissance. Seperti Rene Descartes (1596-1650), tokoh yang terkenal sebagai
bapak filsafat moden. Rene Descartes juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuannya
dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis turus X
dan Y dalarn bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi.
Charles Darwin dengan teorinya strugglefor life (perjuangan untuk hidup). JJ.
Thompson dengan temuannya elektron.
8.
ZAMAN
KONTEMPORER (ARAD KE-20 DAN SETERUSNYA)
Di
antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika menempati
kedudukan yang paling tiggi. Menurut Traut fisika dipandang sebagai dasar ilmu
pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang
mernbentuk alam semesta juga menunjukkan bahwa secara historis hubungan antara
fisika dengan flsafat terliht dalam dua cara. Pertama, persuasi filosafis
mengenai metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan subtasional
tentang fisika (misalnya: tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu).
Kedua, ajaran filsafat tradisional yang menjawab fenornena tentang materi,
kuasa, ruang, dan waktu. Dengan demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang
erat antara filsafat dan fisika.
Fisikawan
abad ke-21 adalah Albert Einstain menyatakan bahwa alam itu tidak terhingga
besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau
bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi.
Ini berarti bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak
mengakui adanya penciptaan alam. Di samping teori mengenai fisika, teori alam
semesta, dan lain-lain, Zaman Kantemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai
teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang
rrrengalami kemaj uan sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer, berbagai
satelit komunikasi, internet, dan sebagainya. Bidang ilmu lain juga mengalami
kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan
kantemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi secara rnendalam. Ilmnu
kedokteran semakin menajam dalam spesialis dan subspesialis atau
super-spesialis, demikian pula bidang ilmu lain. Di samping kecenderungan ke
arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu
dengan lainya, sehingga dihadirkannya bidang ilmu baru seperti bioteknologi
yang dewasa ini dikenal dengan teknolagi kloning.
http://suarakritingfree.blogspot.co.id/2012/09/sejarah-perkembangan-filsafat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar