PENGERTIAN FILSAFAT
1.
Pengertian filsafat ditinjau secara
etimologis (asal usul bahasa)
Menurut penyelidikan Dr.Oemar Hoesin istilah filsafat
tidak berakar dalam bahasa Arab. Pengertian filsafat dalam bahasa Arab
menggunakan istilah “hikmah-hikmah dan bijaksana”. Istilah filsafat menurut Dr.
A.C. Ewing timbul dalam aslinya dari ucapan Pitagoras menjadi ragu-ragu.
Sehubungan dengan uraian dari Dr. A.C. Ewing, Dagohert D. Runes menerangkan
bahwa filsafat berasal dari kata bahasa Yunani “philein” dan “sophia”. Philein
artinya mencintai, sedangkan sophia berarti bijaksana. Oleh karena itu, filsafat
bukan kebijaksanaan itu sendiri tapi cinta akan kebijaksanaan.
Dari
uraian tersebut maka kami dapat menyimpulkan bahwa ditinjau secara etimologis
filsafat berasal dari bahasa Yunani, philein
dan sophia artinya cinta
kebijaksanaan. Cinta menunjukkan suatu suatu sikap tahan uji dan tak mau
menyerah, selalu berusaha demi tercapainya suatu maksud. Sedangkan
kebijaksanaan adalah suatu kondisi dimana orang mungkin bertindak secara
komprehensif dan radikal.
2.
Pengertian Filsafat secara essensial
Dari uraian tersebut, kita dapat menentukan pernyataan
yang menyatakan bahwa manusia dapat ragu-ragu dalam menghadapi masalah. Tetapi
justru dalam keraguan itu kita menemukan sesuatu yang berharga yaitu
pertimbangan. Manusia bertanya dan menanya sangat erat hubungannya dengan
kehidupannya sendiri. Oleh karena itu, nilai realitas juga tidak sedikit
gunanya untuk mengisi kehidupan manusia. Realita ini dibuktikan oleh filosofis
sepanjang zaman dari zaman Yunani Kuno si Thales, Empedogles, Plato sampai
Hegel. Kalu diperhatikan sungguh-sungguh dari uraian diatas, dalam kegiatan
menemukan jawaban dari pertanyaan maka manusia berpikir. Berpikir bagaimanakah
yang disebut berpikir filosofis?
2.1 Berfilsafat
adalah berpikir dengan menggunakan disiplin berpikir tinggi
Sesuai dengan pendapat Aristoteles bahwa manusia adalah
animal rational. Maka, kita dapat mengetahui bahwa manusia adalah binatang yang
berbudi. Setiap orang bukan filosuf, yang didapat pada setiap orang adalah
berpikir. “man as it potensiil being”. Sehubungan dengan ini, Drs. Soenardjo W.
mengatakan bahwa berfilsafat adalah berpikir dengan menggunakan disiplin
berpikir tinggi. Bagaimanakah disiplin berpikir tinggi? Berpikir disiplin
tinggi adalah berpikir dimana rasa dan karsa mendorong dan memberi kesempatan
kepada ratio untuk berkarya.
2.2 Berfilsafat
adalah berpikir yang rational
Seorang yang berfikir selalu mengadakan pertimbangan
tterhadap beberapa kemungkinan pendapat yang paling benar. Antara pendapat yang
satu dengan yang lain harus ada hubu ngan yang rasional, sehingga dapat
diterima akal sehat.salinh hubungan antar pendapat harus merupakan kerangka
berpikir yang konsepsionil. Kerangka berpikir yang konsepsionil adalah bagan
konsepsi yang bersifat rationil di mana dalam bagan tersebut terdapat saling
hubungan antara yang satu dengan yang lain. Saling hubungan ini harus tercermin
dalam kaedah –kaedah ini sangat diperlukan dalam berpikir rationil.
2.3 Berfilsafat
adalah berpikir secara konsepsionil
Berpikir secara konsepsionil,berarti dalam berpikir itu
kita wajib menyusun konsepsi pikiran dengan kerangka konsep. Menurut Prof. Dr.
Fuad Hasan, filsafat dalam hal ini adalah beriktisar untuk sampai pada
pengertian-pengertian yang lebih dari sekedar persepsi belaka. Dengan demikian,
dalam rangka berpikir secara kefilsafatan yang konsepsionil adalah berpikit
tentang proses-proses serta hal-hal dalam hubungan yang umum, termasuk di
dalamnya berpikiir dan cara-cara berpikir untuk mendaptkan kesimpulan yanag
tepat.
2.4 Berfilsafat
adalah berpikir secara coherent
Berpikir secara conherent adalah berpikir secara runtut
konsisten. Berpikir secara konsisten artinya berpikir dalam mana
pertanyaan-pertanyaan yang dipergunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan yang
rasionil dan konsepsionil itu harus antara pernyataan yang satu dengan yang
lain tidak terjadi inconsistent (contradictionarty).
2.5 Berfilsafat
adalah berpikir secara comprehensive
dan radikal
Berpikir secara komprehensif adalah berpikir secara
menyeluruh. Berpikir secara menyeluruh berarti berpikir yang memandang semua
aspek, dari aspek empiris sampai rasional, dari phisis sampai metaphisis.
Berpikir secara radikal berarti dalam berpikir itu kita harus memikirkan
masalah sampai ke akar-akarnya, sehingga kita dapat membuat kesimpulan yang
essensial yang abstraksi dari suatu hal yang bersifat universal.
2.6 Berfilsafat
adalah berpikir yang bertanggung jawab
Berfilsafat secara tanggung jawab adalah berpikir yang
bertanggung jawab baik pada dirinya sendiri maupun orng lain, bertanggung jawab
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan terakhir bertanggung jawab kepada yang
mutlak. Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, berpikir yang bertanggung jawab
adalah berpikir secara insyaf, maksudnya berpikir secara sadar dari buah
budinya yang dituangkan dalam ilmu pengetahuan harus dapat dipertannggung
jawabkan.
2.7 Berfilsafat
adalah berpikir secara sistematis
Berfilsafat adalah berfikir secara sistematis, maksudnya
adalah berpikir secara teratur dan disusun menurut sistem.
Dari uraian tersebut, pengertian
filsafat dapat berarti cara berpikir dan hasil berpikir conceptionil rationil dan radical
comprehensive yang disusun secara sistematis dan dapat dipertanggung
jawabkan untuk mendapatkan kebenaran yang essensial.
3. Filsafat ditinjau dari tugas dan gunanya
Tugas filsafat bagi kehidupan manusia adalah untuk
memberi penjelasan terhadapberbagai pertanyaan manusia secara menyeluruh dan
radikal sehingga sampai pada kebenaran essensial (aspek teoritis). Kegunaan
filsafat adalah menjadi pedoman hidup, yang khusus lagi pedoman bertindak.
4. Makna Filsafat dan
peranannya dalam pengetahuan manusia.
Sifat dari filsafat adalah abstrak Universal,memungkinkan
filsafat mampu berperan sebagai perangkum penginti dan pengarah ilmu
pengetahuanyang beraneka ragam banyaknya.
a.
Asal mula
timbul istilah filsafat
Menurut
Cicero, penulis Romawi (106-43 SM) yang pertama kali memakai kata filsafat
adalah “Pitagoras”
abad ke 5 SM. Yang dipergunakan oleh Pitagoras sebagai reaksi terhadap
orang-orang yang menamakan dirinya “ahli pengetahuan”.Tetapi pada akhirnya
manusia tidak akan dapat menjadi ahli ilmu pengetahuan dan hanyalah sebagai
pencari dan pencinta pengetahuan.
b.
Tinjauan
terhadap pandangan yang salah
1)
Pandangan Pesimistis yaitu golongan yang menganggap bahwa
orang biasa tak mampu berfilsafat,agaknya terlalu berlebih-lebihan dalam
menafsirkan makna filsafat.
2)
Pandangan Aphatis yaitu golongan yang menganggap filsafat
sebagai sesuatu yang tak berguana ,tak berarti dan dan atau tak bernilai bagi
hidup dan kehidupan manusia.
3)
Pandangan Negatif yaitu menganggap bahwa filsafat hanya
mengabdikan diri pada akal.
B. FILSAFAT DAN ILMU
1. Hubungan filsafat
dan Science ditinjau dari Obyeknya
Menurut
Marti O Vaske dalam hubungan An Introduction to Metaphisics,:
1.1 Obyek
Materia
Obyek Materia adalah subyek marter dari suatu
pengetahuan.Sedangkan subyek marter adalah material daripada ilmu pengetahuan
dan filsafat.Yang dipelajario dalam obyek ini adalah segala yang ada dan yang
mungkin ada. Jadi,Obyek Materia adalah materi yang menjadi sasaran atau yang
dipelajari ilmu dan filsafat.
1.2 Obyek
Forma
Adalah aspek atau sudut pandang tertentu dari subyek
mater.Oleh karena itu obyek Forma adalah aspek yang dapat dipahami dari mater
oleh para science dengan sudut pandang yang istimewa.
v
Filsafat ingin memandang manusia dari sudut pandang
sedalam-dalamnya dari yang empiris dan rasional yang nampakdan tidak nampak.
1.3
Perbandingan filsafat dan Science berdasarkan obyek materia dan obyek Forma:
Filsafat dan dan science
berbeda dalam obyek forma maupun obyek materia. Dalam hal obyek materia
filsafat mencakup semua obyek materia dari science yang
bermagam-macam.Sedangkan science hanya mengambil bagian-bagian materia.
2. Filsafat dan Science ditinjau dari proses spesialisasi
a.
Seorang filosof akan memperhatikan scope yang luas,dalam
hubungannya benda-benda itu sendiri,sebaliknya science ingin melukiskan
benda-nenda tersebut apa adanya.
b.
filsafat menjadi suatu sistem teori dario science.Sebaliknya
science tidak mau tau tentang apa yang mereka peroleh tidak mau tahu tentang
dasar.
c.
filsafat ingin menjawab pertyanyaan tentang apakah ia
sebenarnya? Sebaliknya science ingin mencari ketarangan dengan jawaban dari
filsafat.
C. FILSAFAT
SEBAGAI METODE BERFIKIR
1. Berpikir bagi
Manusia
Manusia
sebagi makhluk hidup yang berderajat tinggi bila dibandingkan dengan makhluk
hidup lainnya. Dimana manusia dapat mengatasi alam, artinya dapat merubah
ketentuan alam dengan mengadakan penolahan alam sesuai dengan kebutuhan
hidupnya atau dalam istilah lain, manusia dapat membudayakan alam. Ini semua
dikarenakan manusia memiliki kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir inilah yang
merupakan salah satu ciri kekhususan manusia dan yang membedakan manusia dengan
makhluk lain. Gejala berpikir ini mempunyai peranan bagi manusia sehingga
manusia berkedudukan sebagai makhluk hidup yang berderajat tinggi, tetapi tidak
berarti bahwa berpikir merupakan satu-satunya yang paling menguasai seluruh
kehidupan manusia, namun berpikir besar peranannya dan fungsinya sebagai
manusia.
Adapun
perbedaan berpikir dan pikiran :
Berpikir : aktivitas jiwa (pikiran) untuk
menentukan hubungan antara pengetahuan-
pengetahuan-pengetahuan atau masalah yang sedang dihadapi.
Pikiran : kemampuan jiwa untuk menentukan
hubungan antara pengetahuan-pengetahuan atau sangkut paut masalah yang dihadapi.
2. Hasil Proses
Berpikir
Menurut beberapa ahli psikologi, hasil
proses berpikir sebagai berikut :
a. Pengertian atau Konsep
Pengertian atau konsep adalah gambaran dan gerakan dari
barang yang dapat dilihat oleh akal manusia. Tetapi, ada pula yang memberi
batasan tentang pengertian sebagai berikut :
Pengertian adalah hasil berpikir, yang merupakan
rangkuman sifat-sifat pokok dari sesuatu yang dinyatakan dengan
perkataan-perkataan dalam akal. Dalam bentuk pengertian ini, kerja akal atau
berpikirnya adalah menentukan hubungan sangkut paut antara
pengetahuan-pengetahuan tentang sifat-sifat pokok sesuatu.
b. Pendapat atau Keputusan
Mempunyai maksud bahwa pengertian tentang sesuatu bila
dihubungkan dengan pengertian sesuatu yang lain akan membentuk suatu pendapat
atau keputusan.
c. Kesimpulan atau Pemikiran
Pemikiran adalah hasil berpikir yang menghubungkan
pendapat satu dengan pendapat yang lain untuk mendapatkan pendapat baru.
3. Bentuk-Bentuk
Berpikir
a. Berpikir secara Pengalaman (Rautine
Thinking)
Berpikir tentang sesuatu yang dihadapi dengan
mengakumulasikan berbagai pengalaman untuk mendapatkan pengalaman yang cocok
sesuai dengan masalah yang dihadapi.
b. Berpikir secara Ingatan (Representative Thinking)
Berpikir tentang sesuatu yang dihadapi dengan
mengingat-ingat tanggapan-tanggapan
yang tersimpan dalam jiwanya.
c. Berpikir Reproduktif
Berpikir tentang sesuatu yang dihadapi dengan mengulang
kembali dan mencocokan pada sesuatu hasil pemikiran sebelumnya (baik hasil
pemikiran diri sendiri maupun orang lain).
d. Berpikir Kreatif
Berpikir tentang sesuatu yang dihadapi dengan mengadakan
penyelidikan untuk mengetahui aspek-aspek atau faktor-faktor yang terkandung
didalamnya dan mengumpulkan bahan-bahan pengetahuan yang lain yang berhubungan
dengan aspek-aspek tersebut, kemudian mengolahnya sehingga tercipta hasil
penemuan baru.
e. Berpikir Rationil atau Logis
Berpikir tentang sesuatu yang dihadapi dengan
menghubungkan pengertian satu dengan pengertian yang lain untuk mendapatkan
pemgertian baru.
Dari kelima bentuk berpikir ini, yang tampak besar
peranannya dalam memberikan ciri khusus
bagi manusia adalah berpikir kreatif dan berpikir rationil.
4. Aspek-Aspek
Peranan Berpikir dalam Kehidupan Manusia
a. Aspek Ekonomis
Dengan
kemampuan akal pikirannya , manusia merubah bahan-bahan makanan yang berasal
dari alam (beras, gandum, jagung, dsb) menjadi bentuk-bentuk makanan yang
sesuai seleranya. Demikian juga terhadap kebutuhan-kebutuhan lainnya, dengan
kemampuan akal pikiran, manusia mengubah barang-barang menjadi sesuatu yang
berguna dan sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
b. Aspek Kulturil (Kebudayaan)
Dari
hasil berpikir manusia, diciptakanlah segala sesuatu yang dapat memudahkan
kehidupannya, baik yang bersifat jasmaniah maupun rokhaniah. Kalau ditinjau
dari kebudayaan materiil atau jasmaniah, misalnya : rumah, kendaraan, ataupun
persenjataan. Sedangkan ditinjau dari kebudayaan rokhaniah, misalnya : ilmu
pengetahuan, bahasa, maupun kepercayaan dari adat istiadat. Hal itu semua,
bukan semata-mata karena akal saja tetapi juga aspek-aspek kejiwaan yang lain
seperti karsa dan rasa berperan pula, namun demikian peranan berpikir tak dapat
diabaikan dalam terwujudnya suatu kebudayaan.
c. Aspek Peradaban
Manusia dalam hidupnya selain memiliki kebutuhan ekonomi,
juga membutuhkan ketenangan dan kebahagiaan dalam pergaulan hidupnya. Sehingga,
diperlukan suatu tata masyarakat yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku
manusia yaitu tata peradaban. Adapun seperti kesopanan, kesusilaan,
undang-undang, dan agama.
5. Faedah dan
Bahaya Berpikir
Fungsi akal antara lain terletak dalam
bidang :
a. Pengumpulan atau Penciptaan Ilmu
Pengetahuan.
b. Pemecahan Persoalan-Persoalan.
c. Penemuan Cara-Cara yang Efisien.
Ditinjau dari segi faedahnya
antara lain :
a. Berpikir terciptalah ilmu-ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
b. Berpikir memberikan petunjuk untuk mencari jalan yang
benar dan baik.
c. Berpikir dapat memberikan penyelesaian
dalam usaha memecahkan persoalan hidup.
Adapun bahayanya antara lain :
a. Karena berpikir ditemukan jalan kearah
perbuatan yang sesat
b. Dengan berpikir dibuatlah alasan-alasan untuk membenarkan
perbuatan yang sesat
c. Dengan berpikir dapat menimbulkan rasa
bahwa akal itu dapat mengetahui segala-galanya.
Menyadari ada segi negatif dari
berpikir dan berfilsafat maka usaha untuk menghindari hal itu adalah dengan
menggunakan disiplin berpikir dalam dirinya. Dengan itu, seorang individu dapat
menyaring atau menentukan mana yang benar dan mana yang salah.
D. FILSAFAT PENDIDIKAN
1. Ilmu Pendidikan
Sebagai Ilmu Pengetahuan Normatif
Maksudnya:
a. Sebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu
pendidikan merumuskan kaidah-kaidah norma-norma tingkah laku perbuatan manusia
dalam kehidupan.
b.
Sebagai ilmu
pengetahuan praktis,tugas pendidikan, dan pendidik.
c. Sesuai kenyataan di atas ilmu
pendidikan erat hubungannya dengan ilmu filsafat dan normatif lainnya.
d. Ilmu pengetahuan yang dapat dimaksukkan ke dalam ilmu pengetahuan
normatif meliputi agama, dan ilmu filsafat dengansegala cabangnya.
e. Bahwa agama, filsafat dengan segala
cabangnya menentukan dasr-dassar dan tujuan hidup pendidikan manusia yang
menentukan tingkah laku perbuatan manusia.
f. Bahwa perumusan tujuan-tujuan altimit
dan proksimit pendidikan ditentukan hakekat dan segi-segi pendidikan yang
dibina dan dikembangkan melalui proses pendidikan.
g. Bahwa sistem pendidikan bertugas
merumuskan alat-alat, prasarana, pelaksanaan, dan pola-pola pendidikan dan
dibina untuk mencapi tujuan pendidikan.
h. Isi moral pendidikan berisi perumusan
norma-norma(nilai spiritual etis)
i. Bahwa wajar tiap manusia memiliki
filsafat hidup dan pikiran tentang kehidupan dan penghidupannya.
j. Filsafat pendidikan sebagai suatu
lapangan studi bertugas merumuskan secara normatif dasar-dasaar dan tujuan
pendidikan dan tujuan pendidikan;hakekat sifat manusian;hakekat dan segi-segi
pendidikan;isi moral pendidikan;sistem pendidikan ;pola-pola akulturasi dan
peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat.
2. Aliran-Aliran
Filsafat Pendidikan
- Progesivisme
Ciri Utama :




Pandangan Mengenai Nilai



Pandangan Tentang Belajar




Pandangan Mengenai Kurikulum

Pengalaman apa saja yang serasi tujuan menurut
prinsip-prinsip yang digariskan dalam pendidikan yang membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak didik.

Sejumlah pengalaman belajar disekitar kebutuhan umum.

Kurikulum disusun atas dasar teori dan metode proyek
untuk menciptakan pendidikan kearah yang telah ditentukan.
b. Esensialisme
Ciri Utama:


Pandangan Mengenai Nilai

Pandangan Mengenai Belajar



Pandangan Mengenai Kurikulum


a.Universum:Pengetahuan
merupakan latar belakang dari segala manifestasi hidup manusia
b.Sivilisasi:Karya
manusia sebagai akibat hidup masyarakat
c.Kebudayaan:Karya
manusia mencakup filsafat,kesenian,agama,dll.
d.Kepribadian:Bagian
pembentukan kepribadian yang tidak bertentangan dengan kepribadian yang ideal.

c. Perenialisme
Ciri-ciri utama



Pandangan Mengenai Nilai


Pandangan Mengenai Belajar

Atas dasar pandangan di atas dapatlah disimpulkan bahwa belajar itu pada
hakeketnya adalah belajar untuk berpikir. Sebagai pendahuluan pendidikan kea
rah tujuan tersebut kecakapan-kecakapan dasar seperti membaca, menulis dan
berhitung penting sekali karena merupakan permulaan untuk menuju ke tahap
selanjutnya.


Belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu belajar karena pengajaran dan
belajar karena penemuan. Untuk yang partama adalah guru memberikan penerangan
atau pengetahuan,juga mengadakan pencerahan. Pencerahan ini dapat di lakukan
dengan jalan menunjukan dan menafsirkan implikasi dari pengetahuan dan ilmu
yang di berikan.
Pandangan Tentang Kurikulum

Tidak ada komentar:
Posting Komentar