Selasa, 20 Oktober 2015

PPT KEARIFAN LOKAL

https://www.slideshare.net/secret/3FXSpASYDvyShy

KEARIFAN LOKAL PENDIDIKAN



MAKALAH
KEARIFAN LOKAL PENDIDIKAN
Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
Dosen : Dr. Adang Heriawan, M.Pd

Disusun oleh :
Nurul Fajriati (2227120786)
 Fajar Awalia (2227141471)






JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015






KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai “Kearifan Lokal Pendidikan” ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini berisikan segala informasi mengenai kearifan lokal dan pendidikan berbasis pada kearifan lokal. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kelompok yang telah diberikan oleh dosen Mata Kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat sumber informasi, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bapak Dr. Adang Heriawan, M.Pd selaku dosen Mata Kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
2.      Rekan-rekan Mahasiswa dan Mahasiswi Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) Serang,
3.      Semua pihak yang telah bekerja sama ataupun mendukung kelancaran dalam pembuatan makalah kali ini.
Makalah ini disusun berdasarkan sumber yang ada. Penulis sadari bahwa makalah ini bukanlah karya yang sempurna dan memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika serta teknik penulisan. Oleh karena itu, mohon untuk dimaklumi dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca dalam pembelajaran Filsafat Ilmu Pendidikan.


Penulis,
 


BAB I
PENDAHULUAN
 
1.1              Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sebagai upaya sadar manusia dalam memahami diri sendiri dan lingkunganya atau upaya manusia dalam memahami interaksi dengan lingkungan sekitarnya baik itu berhubungan dengan manusia maupun alam disekitarnya. Oleh sebab itu pendidikan harus mampu memupuk dan menumbuhkan kesadaran akan arti keberadaan manusia untuk lingkungan dan alam sekitar.
Dewasa ini arus kebudayaan yang datang dari Barat semakin mewarnai sistem kehidupan baik dalam kehiudpan sosial maupun kultur/budaya dalam masyarakat Indonesia. Di perparah lagi dengan adanya kecenderungan sebagian generasi muda bangsa ini berkiblat kepada kepada kebudayaan tersebut. Keadaan akan tampak semakin nyata ketika melihat pada fenomena yang ada seperti maraknya pergaulan bebas, meminum minuman keras, kasus narkoba hingga kekerasan dan sebagainya.
Di tengah arus globalisasi tersebut, fenomena yang terjadi membuat semakin menipisnya pemahaman peserta didik baik dalam jenjang sekolah dasar sampai menengah atas tentang sejarah lokal serta tradisi budaya yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu alangkah lebih baiknya jika lembaga pendidikan mampu menciptakan kegiatan pendidikan yang mengupayakan bagaimana caranya agar aneka ragam  budaya yang telah dimiliki bangsa yang besar ini bisa dijaga dan dilestarikan bersama-sama.
Pendidikan di Indonesia membutuhkan pendidikan yang membentuk karakter peserta didiknya sesuai dengan karakter yang telah diwariskan oleh budaya lokal yang telah ada sejak zaman dahulu. Maka dari itu, lembaga pendidikan di Indonesia dapat menerapkan pendidikan yang berbasis pada local wisdom (kearifan lokal). Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal.  Dengan menerapakan pendidikan berbasis pada kearifan lokal atau local wisdom maka peserta didik diharapkan akan mampu menciptakan pendidikan yang memberi makna bagi kehidupan manusia Indonesia. Artinya, pendidikan mampu menciptakan generasi-generasi muda yang mampu melestarikan dan mencintai budaya sendiri. Selain itu, pendidikan harus mampu membentuk karakter manusia yang berintegritas tinggi dan berkarakter sehingga mampu melahirkan tunas-tunas bangsa yang hebat dan bermartabat sesuai dengan spirit pendidikan yaitu memanusiakan manusia.
 1.2              Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas maka dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah dalam kegiatan penulisan makalah ini adalah:
1.      Apa itu kearifan lokal pendidikan?
2.      Bagaimana kegiatan pendidikan berbasis pada kearifan lokal?
3.      Apa saja tujuan dan manfaat dari pendidikan yang berbasis pada kearifan lokal?
1.3              Manfaat  Penulisan
Adapun manfaat penulisan  makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Sebagai sumber pengetahuan mengenai kearifan lokal pendidikan.
2.      Sebagai sumber wawasan mengenai kegiatan pendidikan berbasis pada keraifan lokal.
3.  Sebagai sumber pengetahuan mengenai tujuan dan manfaat dari pendidikan yang berbasis pada kearifan lokal.
 
 
BAB II
PEMBAHASAN
 
2.1         Hakikat Kearifan Lokal dalam Pendidikan
Kearifan lokal dari dua kata yaitu kearifan (wisdom), dan lokal (local). Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana,. Ke­­­­­arifan lokal merupakan  pe­nge­tahuan atau pan­da­ngan hidup masyarakat  se­tem­pat  yang memiliki hu­bu­ngan dengan pemenuhan kebutuhan hidup  baik se­cara materi maupun sosial dimana kearifan lokal ini menjadi titik penghubungan dari generasi satu ke gene­rasi berikut karena  kearifan lokal merupakan konsep, ide dan gagasan  yang senan­tiasa di transisikan keapda generasi berikut  sehingga terbangun suatu keserasian  dalam menata hidup dan lingkungan. Menurut  S. Swarsi Geriya dalam “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali” dalam Iun,secara konseptual, kearifan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional.
Kearifan lokal merupakan kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai kebaikan yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas.
Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal. Sehingga dengan mengintegrasikan kearifan lokal dalam desain pembentukan karakter anak, secara tidak langsung anak akan mendapatkan gambaran yang utuh atas identitas dirinya sebagai individu, serta identitas dirinya sebagai anggota masyarakat yang terikat dengan budaya yang ungul dan telah lama diugemi para pendahulunya.
Kebudayaan dianggap suatu kearifan lokal yang merupakan sumber dan pengetehuan yang pen­ting dalam melengkapi selu­ruh kajian dan pemahaman ilmiah. Kearifan budaya merupakan seperangkat pengetahuan dan cara ber­pikir  suatu etnis, suatu kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam ma­sya­rakat didapat melalui pro­ses belajar yang cukup pan­jang, pengetahuan dan cara berpikir dianggap benar dan dijadikan pedoman hidup bagian masyarakat serta se­cara ilmiah memiliki ke­baikan bagi segenap kehi­du­pan masyarakat. Kearifan bu­daya melihat seba­gai­ma­na kualitas hubungan  ma­nusia dan ling­ku­ngan­nya.
Menurut Koenjaraningrat  (2005) “kebudayaan  adalah keseluruhan sistem  gagasan , tindakan dan hasil karya manusia dengan belajar”. Kebudayaan itu tidak hanya sebatas tradisi, adat , ke­seniaan melainkan  meliputi segala aspek kehidupan yang dihasilkan dari hasil proses pengalaman, prilaku, perasaaan ketrampilan, pe­mi­kiran  gagasan serta tin­dakan  manusia dalam me­menuhi kebutuhan hi­dup dan keserasian hidup de­ngan lingkungan. Wujud dari kebudayaan itu sendiri dapat terlihat pada kearifan lokal tersebut.
Kearifan lokal adalah nilai-nilai, pandangan ma­sya­rakat setempat yang ber­sifat bijaksana dan penuh pengertian. Yusri (2008) mengemukakan bahwa ke­arifan lokal  adalah sistem  ide dan makna yang dimi­liki masyarakat  secara ma­tang  yang merupakan hasil proses belajar dan seleksi  sosial dalam berpikir, ber­sikap dan bertindak serta berprilaku  yang berfungsi untuk penataaan ling­ku­ngan dalam berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, hukum dan lain-lain.
Adapun fungsi kearifan lokal menurut Sar­tini (2006 : 112 ) adalah sebagai berikut :
1).    Untuk kon­­servasi  dan pe­les­tarian sumber da­ya alam;
2).    Untuk pe­ngem­­ba­ngan sumber daya manusia;
3).    Untuk pengem­ba­ngan kebudayaan  dan ilmu pengetahuan;
4).    Sebagai petuah, ke­per­­cayaan , sastra dan pan­tangan;
5).    Bermakna sosial  yang ter­lihat dalam upacara suatu komunitas atau kerabat;
6).    Bermakna etika dan moral; serta
7).    Bermakna politik.
Kearifan lokal membawa pesan kepada masyarakat da­lam proses penyelesaian ma­sa­lah di lingkungan sehingga  semangat mengangkat  ke­arifan lokal sebagai  sebagai salah satu solusi dalam pe­me­cahan permasalahaan dan mem­berikan penekanan bah­wa kearifan lokal adalah pro­duk budaya  yang dapat me­nyatu tatanan kehidupan agar lebih serasi dan adaya pene­kanan  akan penting par­tisi­pasi masyarakat  dalam pen­ciptaan kearifan  kearifan kehidupan patut di hargai dan perlu digalakan pengalian- pengalian kearifan lokal yang banyak tersebar di bumi nu­san­tara ini.
Nilai kearifan lokal  yang ter­kandung merupakan mo­dal  sosial dalam pembangu­nan negeri ini. Dalam kehi­du­pan masyarakat cukup ba­nyak terdapat sistem nilai, sis­tem nilai yang menjadi fal­safah hidup dan pedoman masyarakat dalam menja­lan­kan aktivitas kehidupan se­ha­ri­-­hari. Makna  dan nilai ke­arifan lokal  yang ada da­lam masyarakat  memiliki tu­juan untuk mengem­bang­kan peserta didik mampu me­­ngem­bangkan penge­ta­hu­an­­nnya   yang bersumber pa­­da kearifan lokal  masya­ra­­kat setempat,  memiliki ke­­t­erampilan dalam mema­ha­­mi masyarakat pada pro­ses kehidupan dan memiliki si­­kap  dan prilaku yang se­laras nilai kearifan lokal ter­se­but.
 
2.2         Pendidikan Berbasis Keraifan Lokal
Pendidikan bebasis kearifan lokal adalah pendidikan yang lebih didasarkan kepada pengayaan nilai- nilai kultural (budaya). Pendidikan ini mengajarkan peserta didik untuk selalu dekat dengan situasi konkrit yang mereka hadapi sehari-hari. Dengan kata lain pendidikan berbasis kearifan lokal ini  mengajak untuk selalu dekat dan menjaga keadaan sekitar yang bersifat nilai yang berada di dalam lokal masayarakat tersebut.
 
Pendidikan berbasis kearifan lokal ini dilandasi dengan beberapa hal sebagai berikut:
a.             Landasan Historis
Menurut Wijda dalam (Koentjaraningrat, 1986) kearifan lokal dapat bersumber dari kebudayaan masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu. Dalam perspektif historis, kearifan lokal dapat membentuk suatu sejarah lokal. Sebab kajian sejarah lokal yaitu studi tentang kehidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu lingkungan sekitar tertentu dalam dinamika perkembangannya dalam berbagai aspek kehidupan.
Awal pembentukan kearifan lokal dalam suatu masyarakat umumnya tidak diketahui secara pasti kapan kearifan lokal tersebut muncul. Pada umumnya terbentuk mulai sejak masyarakat belum mengenal tulisan (praaksara). Tradisi praaksara ini yang kemudian melahirkan tradisi lisan.
Secara historis tradisi lisan banyak menjelaskan tentang masa lalu suatu masyarakat atau asal-usul suatu komunitas. Perkembangan tradisi lisan ini dapat menjadi kepercayaan atau keyakinan masyarakat. Dalam masyarakat yang belum mengenal tulisan terdapat upaya untuk mengabadikan pengalaman masa lalunya melalui cerita yang disampaikan secara lisan dan terus menerus diwariskan dari generasi ke genarasi. Pewarisan ini dilakukan dengan tujuan masyarakat yang menjadi generasi berikutnya memiliki rasa kepemilikan atau mencintai cerita masa lalunya. Tradisi lisan merupakan cara mewariskan sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan, dalam bentuk pesan verbal yang berupa pernyataan yang pernah dibuat di masa lampau oleh generasi yang hidup sebelum generasi yang sekarang ini.
 
b.             Landasan Psikologis
Secara psikologis pembelajaran berbasis kearifan lokal memberikan sebuah pengalaman psikologis kepada siswa selaku pengamat dan pelaksana kegiatan. Dampak psikologis bisa terlihat dari keberanian siswa dalam bertanya tentang ketidaktahuannya, mengajukan pendapat, persentasi di depan kelas, dan berkomunikasi dengan masyarakat. Dengan pemanfaatan lingkungan maka kebutuhan siswa tentang perkembangan psikologisnya akan diperoleh. Karena lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar. Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman.
 
c.              Landasan Politik dan Ekonomi
Secara politik dan ekonomi pembelajaran berbasis kearifan lokal ini memberikan sumbangan kompetensi untuk mengenal persaingan dunia kerja. Dari segi ekonomi pembelajaran ini memberikan contoh nyata kehidupan sebenarnya kepada siswa untuk mengetahui kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena pada akhirnya siswa dididik dan disiapkan untuk menghadapi persaingan global yang menuntut memiliki ketrampilan dan kompetensi yang tinggi di lingkungan sosial.
 
d.             Landasan Yuridis
Secara yuridis pembelajaran berbasis kearifan lokal mengarahkan peserta didik untuk lebih menghargai warisan budaya Indonesia. Sekolah Dasar tidak hanya memiliki peran membentuk peserta didik menjadi generasi yang berkualitas dari sisi kognitif, tetapi juga harus membentuk sikap dan perilaku peserta didik sesuai dengan tuntutan yang berlaku. Apa jadinya jika di sekolah peserta didik hanya dikembangkan ranah kognitifnya, tetapi diabaikan afektifnya. Tentunya akan banyak generasi penerus bangsa yang pandai secara akademik, tapi lemah pada tataran sikap dan perilaku. Hal demikian tidak boleh terjadi, karena akan membahayakan peran generasi muda dalam menjaaga keutuhan bangsa dan Negara Indonesia. Nilai-nilai kearifan lokal yang ada di sekitar sekolah dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran di Sekolah Dasar. Tak terkecuali dalam pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme. Dengan diintegrasikannya nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan siswa akan memiliki pemahaman tentang kerifan lokalnya sendiri, sehingga menimbulkan kecintaan terhadap budayanya sendiri.
 
Pembelajaran berbasis kearifan lokal dipadu dengan pembelajaran IPS sangatlah cocok. Hal ini sesuai dengan tujuan IPS yaitu agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan untuk menyelesaikan masalah sosial yang terjadi dikehidupan siswa, sesuai dengan kemampuan belajarnya.
Pembelajaran berbasis kearifan lokal untuk menanamkan pendidikan karakter dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara mengintegrasi ke mata pelajaran, melalui mata pelajaran muatan lokal dan melalui pengembangan diri.Mengintegrasikan ke Mata Pelajaran IPS.
Setelah memahami tentang landasan mengenai pendidikan berbasis pada kearifan lokal maka berikut ini akan dijelaskan mengenai penerapan pendidikan karakter melalui pembelajaran berbasis kearifan lokal:
 
1.             Mengintegrasikan ke Mata Pelajaran IPS
Mengintegrasikan ke mata pelajaran IPS bertujuan untuk memperkenalkan nilai-nilai pendidikan karakter di mata pelajaran sehingga menyadari akan pentingnya nilai-nilai tersebut dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.
 
2.             Mengintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah atau disebut dengan kearifan lokal. Materi dipilih ditetapkan berdasarkan ciri khas, potensi dan keunggulan daerah, serta ketersediaan lahan, sarana prasarana, dan tenaga pendidik. Sasaran pembelajaran kearifan lokal adalah pengembangan jiwa kewirausahaan dan penanaman nilai-nilai budaya sesuai dengan lingkungan. Nilai-nilai kewirausahaan yang dikembangkan antara lain inovasi, kreatif, berpikir kritis, eksplorasi, komunikasi, kemandirian, dan memiliki etos kerja. Nilai-nilai budaya yang dimaksud antara lain kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kepekaan terhadap lingkungan, dan kerja sama.
Penanaman nilai-nilai kewirausahaan dan budaya tersebut diintegrasikan di dalam proses pembelajaran yang dikondisikan supaya nilai-nilai tersebut dapat menjadi sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu pembelajaran berbasis kearifan lokal dapat dilakukan dengan cara guru memberikan tugas secara berkelompok mengobservasi dan mengidentifikasi budaya atau sumber daya yang ada di lingkungan tempat tinggal. Melalui observasi langsung ke lingkungan guru memiliki beberapa tujuan untuk dimiliki siswa setelah kegiatan berlangsung. Nilai karakter dan kemampuan yang diharapkan yaitu jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
 
3.             Melalui Kegiatan Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri meliputi beragam kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan bakat siswa, seperti Kegiatan ekstra kurikuler (kewiraan melalui pramuka dan Paskibraka, olahraga, seni, kegiatan ilmiah melalui olimpiade dan lomba mata pelajaran. Kegiatan pembiasaan (kegiatan rutin melalui upacara bendera dan ibadah bersama). Kegiatan terprogram melalui pesantren Ramadhan, buka puasa bersama, pelaksanaan Idul Qurban, keteladanan melalui pembinaan ketertiban pakaian seragam anak sekolah (PAS), pembinaan kedisiplinan, penanaman nilai akhlak mulia, penanaman budaya minat baca, penanaman budaya bersih di kelas dan lingkungan sekolah, penanaman budaya hijau. Kegiatan nasionalisme melalui perayaan hari kemerdekaan RI, peringatan hari pahlawan, peringatan hari pendidikan nasional. Kegiatan outdoor learning dan training melalui kunjungan belajar dan studi banding.
 
Pembelajaran berbasis kearifan lokal merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran student centered daripada teacher centered.  Hal ini sejalan dengan pernyataan Suparno (dalam Darlia 2010: 2) bahwa belajar bukan sekedar kegiatan pasif menerima materi dari guru, melainkan proses aktif menggali pengalaman lama, mencari dan menemukan pengalaman baru serta mengasimilasi dan menghubungkan antara keduanya sehingga membentuk makna. Makna tercipta dari apa yang siswa lihat, dengar, rasakan, dan alami.
Terkait dengan pembelajaran nilai-nilai kearifan lokal di Sekolah Dasar Menurut Sutarno (2008: 7-6) ada empat macam pembelajaran berbasis budaya, yaitu:
1).      Belajar tentang budaya, yaitu menempatkan budaya sebagai bidang ilmu. Budaya dipelajari dalam program studi khusus, tentang budaya dan untuk budaya. Dalam hal ini, budaya tidak terintegrasi dengan bidang ilmu.
2).      Belajar dengan budaya, terjadi pada saat budaya diperkenalkan kepada siswa sebagai cara atau metode untuk mempelajari pokok bahasan tertentu. Belajar dengan budaya meliputi pemanfaatan beragam untuk perwujudan budaya. Dalam belajar dengan budaya, budaya dan perwujudannya menjadi media pembelajaran dalam proses belajar, menjadi konteks dari contoh-contoh tentang konsep atau prinsip dalam suatu mata pelajaran, serta menjadi konteks penerapan prinsip atau prosedur dalam suatu mata pelajaran.
3).      Belajar melalui budaya, merupakan strategi yang memberikan kesempatan siswa untuk menunjukkan pencapaian pemahaman atau makna yang diciptakannya dalam suatu mata pelajaran melalui ragam perwujudan budaya.
4).      Belajar berbudaya, merupakan bentuk mengejawantahkan budaya itu dalam perilaku nyata sehari-hari siswa. Misalnya, anak dibudayakan untuk selalu menggunakan bahasa krama inggil pada hari sabtu melalui Program Sabtu Budaya.
 
 
2.3         Tujuan dan manfaat pendidikan berbasis kearifan lokal
 
Tujuan dari pendidikan berbasis kearifan lokal ialah sesuai dengan yang telah termaktub dalam undang- undang nasional yaitu Undang- undang (UU) No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sedangkan manfaat dari pendidikan yang berbasis kepada kearifan lokal antara lain ialah:
a).    Melahirkan generasi-generasi yang kompeten dan bermartabat.
b).    Merefleksikan nilai-nilai budaya.
c).    Berperan serta dalam membentuk karakter bangsa.
d).   Ikut berkontribusi demi terciptanya identitas bangsa
e).    Ikut andil dalam melestarikan budaya bangsa
 
 
 
BAB III
PENUTUP
 
3.1         Kesimpulan
Pendidikan bebasis kearifan lokal adalah pendidikan yang lebih didasarkan kepada pengayaan nilai- nilai kultural (budaya). Pendidikan ini mengajarkan peserta didik untuk selalu dekat dengan situasi konkrit yang mereka hadapi sehari-hari.
Pendidikan berbasis pada kearifan local dilandasi oleh beberapa landasan diantaranya adalah landasan historis, psikologis, landasan politik dan ekonomi dan juga landasan yuridis.
Penerapan pendidikan berbasis pada kearifan lokal dapat diintergrasikan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah misalnya pada mata pelajaran IPS, muatan local dan melalui kegiatan pengembangan diri di sekolah. Kegiatan pembelajarannyapun merupakan kegiatan yang berpusat pada siswa atau student centered. Yang mana siswa secara aktif menggali pengalaman lama, mencari dan menemukan pengalaman baru serta mengasimilasi dan menghubungkan antara keduanya sehingga membentuk makna dan membentuk nilai sikap atau karakter yang ingin dicapai. Nilai karakter dan kemampuan yang diharapkan yaitu jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
. 
3.2         Saran
Dengan adanya pendidikan yang berbasis kearifan lokal, pendidikan di Indonesia mampu menghasilkan generasi muda yang mampu melestarikan dan mampu memfiltrasi budaya asing sehingga para generasi penerus dapat tetap bangga dan mencintai budayanya sendiri.