METODE PEMBELAJARAN
MENULIS DI KELAS RENDAH
Membaca dan menulis di kelas rendah tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan pembelajaran di kelas permulaan. Membaca dan Menulis Permulaan
merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan
menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku
sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar.
Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan
membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf sedangkan, kemampuan menulis
permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat permulaan,
pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik.
Berikut akan diuraikan beberapa metode pembelajaran di kelas rendah,
diantaranya:
1.
Metode
Eja
Pembelajaran
Menulis dan Membaca Permulaan dengan metode eja memulai pengajarannya dengan
memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihapalkan
dan dilafalkan murid sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A a,
B b, C c, D d, E e, F f, dan seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e,
ef, dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis lambing
tulisan, seperti a, b, c, d, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai, a, b, c,
d, dan seterusnya. Setelah melalui tahapan ini, para murid diajarkan untuk
perkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah
dikenalnya.
Misalnya :
b, a → ba (dibaca be. a → ba )
d, u → du ( dibaca de, u → du )
ba-du dilafalkan Badu
Proses ini
sama dengan menulis permulaan, setelah murid-murid dapat menulis huruf-huruf
lepas, kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis rangkai huruf yang berupa
suku kata. Sebagai contoh, ambillah kata badu
tadi. Selanjutnya, murid diminta menulis seperti : ba - du → badu.
Pemilihan bahan
ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit menuju
hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang mudah, akrab, familiar, dengan
kehiduipan murid menuju hal-hal yang sulit dan mungkin meruipakan sesuatu yang
baru bagi murid.
Kelemahan
yang mendasar dari penggunaan metode eja ini meskipun murid mengenal dan hafal
abjad dengan baik, namun murid tetap mengalami kesulitan dalam mengenal
rangkaian huruf yang berupa suku kata atau kata.
2.
Metode
Suku Kata dan Metode Kata
Proses pembelajaran MMP dengan
metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca,
ci, cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya.
Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata bermakna. Sebagai
contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan
suku kata menjadi kata-kata bermakna, kata-kata tadi misalnya :
ba – bi cu – ci da
– da ka – ki
ba – bu ca – ci du
– da ku – ku
bi – bi ci – ca da
– du ka – ku
ba – ca ka – ca du
– ka ku – da
Kegiatan
tersebut dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat
sederhana. Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat
sederhana, kemudian ditindak lanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian
bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil dibawahnya, yakni dari
kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku-suku kata. Proses pembelajaran Menulis dan Memmbaca Permulaan yang melibatkan
kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode
ini yakni metode rangkai kupas.
3.
Metode
Global
Metode Global artinya secara utuh
dan bulat. Dalam metode global yang disajikan pertama kali pada murid adalah
kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan dibawah gambar yang sesuai
dengan isi kalimatnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca
kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar. Sebagai contoh dapat dilihat
bahan ajar yang menggunakan metode global yaitu :
a. Memperkenalkan
gambar dan kalimat
b. Menguraikan
salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata.
Contoh: Kata menjadi huruf-huruf
Ini
mama
i
n i m a m a
i
-ni ma – ma
i –
n – i m - a – m - a
4.
Metode
Structural Analisis Sintesis (SAS)
SAS merupakan salah satu jenis
metode yang biasa digunakan proses pembelajaran Menulis dan Membaca Permulaan
bagi siswa pemula. Pembelajaran menulis dengan metode ini mengawali
pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan dan memperkenalkan sebuah
kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna
lengkap, yakni skruktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun
konsep-konsep “kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih baik jika strukturnya
kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajaran menulis dengan metode ini
adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu
sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan belajar mengajar yang sesungguhnya
dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara.
Proses penguraian atau
penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS meliputi :
a.
Kalimat menjadi kata-kata
b.
Kata menjadi suku-suku kata
c.
Suku kata menjadi huruf-huruf
Metode ini
yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak atau siswa adalah metode SAS
menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa metode SAS ini dipandang baik
adalah:
a.
Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa
umumbahwa bentuk bahasa terkecil adalah kalimat.
b.
Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak.
c.
Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri.
Kelemahan
metode SAS, yaitu:
a.
Kurang praktis
b.
Membutuhkan banyak waktu
c.
Membutuhkan alat peraga
5.
Metode
Demonstrasi
Metode
demonstrasi adalah suatu teknik mengajar dengan memperagakan, mempertunjukan,
atau menayangkan sesuatu. Siswa dituntut memperhatikan objek yang
didemonstrasikan. Melalui metode ini siswa dapat mengembangkan keterampilan
mengamati, menggolongkan, menarik kesimpulan, menerapkan atau
mengkomunikasikan.
6.
Metode
Ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode
mengajarkan sesuatu bahan dengan penuturan, penerangan, atau penjelasan bahasa
lisan kepada siswa. Keberhasilan siswa melalui teknik ceramah sangat bergantung
kepada kemampuan siswa dalam menyimak.
7.
Metode
Penugasan
Metode penugasan adalah teknik
pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas
berdasarkan petunjuk atau instruksi guru. Tugas dapat bersifat individu dan
kelompok.
8.
Metode
Tanya Jawab
Melalui pertanyaan guru memancing
waktu jawaban tertentu dari siswa jawaban yang diharapkan akan tercapai apabila
siswa telah mempunyai pengetahuan siap, ingatan, atau juga penalaran tentang
yang ditanyakan. Gambaran situasi yang mendahului pertanyaan sangat membantu
siswa dalam menanggapi pertanyaan. Melalui metode ini dapat dikembangkan
keterampilan mengamati, menafsirkan, menggolongkan, menyimpulkan, menerapkan,
dan mengkomunikasikan.
9.
Metode
Abjad dan Metode Bunyi
Menurut Alhkadiah, kedua metode
ini sudah sangat tua. Menggunakan kata-kata lepas, misalnya:




Tidak ada komentar:
Posting Komentar