MENULIS SEBAGAI SUATU
PROSES
Menulis
Sebagai Suatu Proses
Menulis
sebagai suatu proses dapat dilihat dari teori menulis yang berkembang saat ini.
Berikut ini akan dijelaskan tahapan dalam menulis sebagai suatu proses:
1). Pra
menulis (prewriting)
Tahap ini merupakan tahap awal dan
biasa dikenal dengan pemanasan bagi yang berolahraga. Menurut Proett dan Gill
(1986) tahap ini merupakan fase mencari, menemukan, dan mengingat kembali
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah
untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam
menulis sehingga apa yang ingin ditulis disajikan dengan baik.
Pada tahap ini, kita perlu
mempersiapkan terlebih dahulu apa yang kita butuhkan dalam menulis untuk itu
dalam tahap ini ada beberapa aktivitas yang perlu disiapkan sebelum menulis
diantaranya yaitu, menentukan topik, menetapkan tujuan dan sasaran,
mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan serta mengorganisaikan ide atau
gagasan dalam bentuk kerangka karangan.
2). Pengedraftan
(drafting)
Pada tahap ini, siswa menulis
draft kasar siswa menulis pokok-pokok yang menarik pembaca, siswa lebih
menekankan isi dari pada mekanik, dengan aktifitas pengarang merangkaikan
gagasan dalam sebuah tulisan tanpa memperhatikan kerapihan atau mekanik.
3). Merevisi
(revising)
Pada tahap ini siswa membagi
tulisannya kepada kelompok, siswa mendiskusikan dengan temannya kemudian
melakukan perbaikan sesuai dengan komentar yang diberikan oleh guru atau
temannya. Setelah mendapatkan komentar atau saran siswa membuat beberapa
perubahan dan perubahan itu dapat melibatkan orang lain.
4). Mengedit
(editing)
Pada tahap ini siswa membaca ulang
tulisannya, siswa membantu membaca ulang tulisan temannya, siswa
mengidentifikasi kesalahan mekanisme dan membetulkannya.
5). Mempublikasikan
(publishing)
Pada tahap ini siswa
mempublikasikan tulisannya dalam bentuk yang sesuai, siswa membagi tulisannya
yang sudah selesai kepada teman sekelasnya.
Proses menulis di kelas rendah berbeda dengan metode proses pembelajaran
menulis di SD, karena di kelas rendah kebanyakaan siswa tidak mengenal huruf
untuk itu sebelum memperkenalkan huruf kepada siswa ada baiknya guru
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Posisi
duduk siswa

2. Posisi
memegang pensil

3. Letak
buku

Gambar di atas merupakan cara
menulis yang benar dengan Posisi badan hendaknya tegak, dada tidak menempel
pada meja, jarak antara mata dengan buku kira-kira 25-30cm, sehingga posisi
duduk menjadi tegap ketika menulis.
Pelajaran menulis awal dapat
diintegrasikan dengan membaca awal. Pengenalan huruf-huruf dapat dimulai dengan
membaca atau mengenal huruf-huruf. Pelajaran menulis awal menjadi dasar yang
sangat penting bagi pelajaran menulis lanjut. Berikut ini akan dijelaskan
proses menulis di kelas awal:
1.
Pengenalan Huruf
Pengenalan huruf (alfabet) dengan lagu sangat banyak
membantu pembelajar yang sama sekali belum mengenal huruf. Dengan demikian
pembelajar yang belum pernah diajari huruf oleh orang tuanya atau belum pernah
diajari huruf ketika di taman kanak-kanak dapat dikenalkan dengan huruf melalui
lagu ABC. Lagu ini telah berkembang di sekolah dengan banyak variasi dan
modifikasinya. Setiap pengajar dapat mengembangkan lagu ini sesuai dengan
kepentingannya.
2.
Memegang Pensil
Setelah mengenal huruf melalui lagu, pelajaran selanjutnya adalah
pelajaran cara memegang pensil. Hal ini mesti diperhatikan karena tidak semua
pembelajar, khususnya di kelas satu, mengetahui atau terbiasa memegang pensil.
Memegang pensil pun perlu terbiasa. Dengan demikian, pembelajar yang oleh orang
tuanya tidak diajari memegang pensil (dan menulis) akan mempunyai kesempatan
untuk belajar memegang pensil.
Memegang pensil harus dengan erat tetapi lentur. Bila pembelajar tidak
terbiasa, goresan pensilnya akan bergerigi dan tidak mantap. Pengajar
memerintahkan semua pembelajar perlu memegang pensil dan menunjukkannya di
udara. Selanjutnya pengajar berkeliling untuk memeriksa bila ada pembelajar
yang memegang pensil secara keliru. Pengajar mesti memperbaiki bila ada
pembelajar yang keliru memegang pensilnya.
Memegang pensil harus dengan erat tetapi lentur. Bila pembelajar tidak
terbiasa, goresan pensilnya akan bergerigi dan tidak mantap. Pengajar
memerintahkan semua pembelajar perlu memegang pensil dan menunjukkannya di
udara. Selanjutnya pengajar berkeliling untuk memeriksa bila ada pembelajar
yang memegang pensil secara keliru. Pengajar mesti memperbaiki bila ada
pembelajar yang keliru memegang pensilnya.
3.
Menggoreskan
Pensil
Menggoreskan pensil merupakan latihan awal yang mesti dikuasai
pembelajar. Di kelas satu, menggoreskan pensil ini mesti dilakukan semua
pembelajar. Pembelajar menggoreskan pensilnya secara miring (diagonal), tegak
(vertikal), datar (horizontal), lingkaran (circle, oval). Dengan
demikian, pada buku pembelajar akan terlihat sebagai berikut.:
/ / / / / / / / / / / / / / / / / / / / /
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
– – – – – – – – – – – – –
O O O O O O O O O O O
4.
Urutan Pengenalan Huruf
Huruf-huruf yang diperkenalkan kepada pembelajar tidaklah sekaligus 26
huruf dalam satu pertemuan. Pelajaran pengenalan huruf boleh jadi hanya lima
atau enam huruf satu pertemuan. Bahkan selanjutnya hanya diperkenalkan dua atau
tiga huruf dalam satu pertemuan. Juga ada huruf-huruf yang tak perlu diajarkan,
pada pembelajaran membaca atau menulis, yaitu huruf x, f, v, z. Huruf-huruf itu
diajarkan hanya pada waktu diperlukan atau ditanyakan pembelajar. Urutan
pengenalan huruf yang disampaikan kepada pembelajar adalah sebagai berikut:
1). Vokal : a, i, u, é, o, (e)
2). Konsonan I : c, d, g, j, y
3). Konsonan II : b, h, k, l, t
4). Konsonan III : m, n, s, p, r, w
5). Konsonan IV : f, q, v, x, z
Huruf vokal didahulukan karena huruf vokal lebih sering ditemukan dalam
setiap kata, huruf-huruf ini c, d, g, j, y mempunyai kemiripan. Dalam pelajaran
menulis pembelajar diajarkan huruf-huruf yang mempunyai kemiripan agar
pembelajar mudah dalam menulis. Dengan demikian setelah huruf c atau d,
pembelajar diajari huruf g karena kemiripannya. Huruf f dan h tidak
diajarkan dalam waktu bersamaan karena bentuknya jauh berbeda.
5.
Asosiasi Huruf
Untuk dapat membaca huruf, pembelajar terlebih dahulu
diperkenalkan pada huruf-huruf. Hal ini penting dilakukan karena tidak semua
pembelajar di kelas 1 mengenal huruf. Tidak semua pembelajar pernah belajar di taman
kanak-kanak (TK) atau playgroup. Tidak semua pembelajar pernah diajari
orang tuanya mengenal huruf (membaca dan menulis) sebelum pembelajar itu masuk
sekolah dasar.
Pengenalan huruf biasanya mempunyai urutan tertentu.
Hal ini akan diuraikan pada bagian selanjutnya. Dengan demikian urutan
pelajaran membaca atau mengenal huruf tidaklah secara alfabetis (a, b, c, d, e,
f, ... dan seterusnya).
Dalam pengenalan huruf, pembelajar perlu mengenal kemiripan
huruf dengan benda-benda di sekitarnya. Hal itu dapat dilihat dari contoh
berikut:
1). Huruf
a seperti akar tunas kelapa atau mata, karena itu, untuk
mengenalkan huruf a, pengajar menuliskan a – akar, mata.
2). Huruf
i seperti lilin, karena itu, untuk mengenalkan huruf i, pengajar
menuliskan i – lilin.
3). Huruf
u seperti sumur atau rumput, karena itu, untuk mengenalkan
huruf u, pengajar menuliskan u – sumur, rumput.
4). Huruf
e seperti lele atau dehem, embe, ember karena itu untuk
mengenalkan huruf e, pengajar menuliskan e – lele, dehem, ember, atau embe.
5). Huruf
o seperti bola, karena itu untuk mengenalkan huruf e, pengajar
menuliskan o – bola-bola, dan seterusnya.
6.
Kata-kata Awal
Berikut
ini adalah contoh kata-kata awal yang akan dipelajari di kelas awal:
M m
ma
|
mi
|
mu
|
me
|
mo
|
mata =
m-a-t-a
minum =
m-i-n-u-m
muka =
m-u-k-a
merah =
m-e-r-a-h
mobil =
m-o-bi-l
Bisa juga dengan menggunakan huruf tegak bersambung seperti pada contoh
dibawah ini:
ai ai
c ai
aci
aci ai
d ada
ada ai
ada aci ai
ada caca ada cici ada ida
DAFTAR PUSTAKA
Suparno
dan Mohamad Yunis. (2006). Keterampilan
Dasar Menulis. Jakarta :
Universitas
Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar